Habibie Doa di Gereja, Saya Sholat di Kuil


Habibie Doa di Gereja, Saya Sholat di Kuil

[by Ippho Santosa]

Di film ‘Rudy Habibie’ terlihat bagaimana Habibie berdoa di gereja, berlanjut dengan bertukar pikiran dengan seorang pastur. Bolehkah? Baca sampai selesai ya.

Bukan berdoa saja, ternyata sholat di gereja BUKAN isu baru lagi. Tentunya, dengan sederet catatan dan alasan:

- Pada akhir 2014, kali perdana Sholat Jumat dihelat di Gereja Katedral Nasional Washington. Inisiatif ini merupakan simbol bagi tiga juta Muslim di Amerika agar merasa diterima di negara yang mayoritas Kristiani.
- Mei 2016, ketika sebuah masjid terbakar di Geelong (satu jam dari Melbourne), Uskup Philip Huggins menawarkan aula gereja untuk Sholat Jumat. Ungkap sang uskup, “Kami mengerti betapa menyedihkan hancurnya tempat ibadah. Kami ingin membantu dengan cara apapun.”

Dalam film itu, Habibie terpaksa berdoa di dalam gereja, karena masjid dan rumahnya jauh. Cuaca pun bersalju dan sangat dingin.

Jadi, bolehkah sholat di gereja? Begini. Nabi Muhammad pernah bersabda, "Dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci, maka di mana saja seorang laki-laki dari umatku mendapati waktu sholat hendaklah ia sholat,” (HR Bukhari dan Muslim). Di mana saja. Dengan demikian, sholat di gereja sekalipun, hukumnya boleh.

Dan inilah pendapat mereka:
- Menurut Ibnu Qudamah, “Tidaklah mengapa shalat di gereja yang bersih.”
- Menurut Ibnu ‘Aqil, “Tidak mengapa sholat di gereja yang suci (dari najis).”
- Menurut Ibnu Muflih, “Boleh masuk dan sholat di gereja atau yang semacamnya.”
- Menurut Ibnu Utsaimin, “Sholatnya tetap sah.”
- Menurut Abdul Aziz Rajihi, “Jika simbol-simbol syirik sudah ditiadakan, maka tidaklah mengapa mengerjakan sholat di sana.”
- Memang, ketika memasuki Jerusalem, Umar bin Khattab menolak untuk sholat di gereja, namun itu karena ia kuatir sahabat-sahabatnya kemudian mengubahnya menjadi masjid.

Bagaimana kalau di gereja tersebut, ada patung di dalamnya? Soal ini, para ulama bersilang pendapat. Sebagian berfatwa haram, sebagian lagi berfatwa makruh. Nah, apa pendapat Umar bin Khattab? Pendapat beliau, “Sesungguhnya kami tidak masuk ke gereja engkau, karena ada patungnya.” Dahulu Ibnu Abbas pernah sholat di gereja, akan tetapi tidak ada patung di dalamnya. Seperti yang kita ketahui, Nabi Muhammad sendiri baru berkenan beribadah di dalam Ka'bah, tatkala patung-patung di dalamnya telah ditiadakan.

Di sini, perlu juga diperhatikan fatwa Lajnah Daimah dan Syaikh Dr. Nashir bin Sulaiman. Kalaupun muslim masuk ke gereja, hendaknya mematuhi beberapa syarat. Pertama, berani menampakkan jati dirinya sebagai muslim. Kedua, adanya maslahat bagi umat, misal dalam rangka dakwah, dialog, atau belajar perbandingan agama. Ketiga, tidak bersamaan saat umat Kristiani sedang beribadat.

Sekiranya tiada faktor-faktor yang urgent dan darurat, yah lebih baik seorang muslim sholat di tempat yang lain saja, agar terhindar fitnah dari kedua pemeluk agama. Dan tentu saja, bagi seorang muslim, sholat di musholla atau di masjid itu lebih utama. Sekiranya teman-teman punya pendapat berbeda, yah silakan. Beda pendapatan saja, wajar. Apalagi beda pendapat, hehehe.

Di Kyoto, saya bersama dua orang teman pernah sholat di area kuil. Ya, terpaksa. Ceritanya hari itu kami berkunjung ke salah satu kuil terbesar di Kyoto. Lokasinya lumayan jauh dan areanya lumayan luas. Waktu Zuhur pun masuk. Kalaupun kami keluar dari area kuil, kemungkinan waktu sholat bakal habis. Dan sebelumnya kami sudah memperhatikan, toko-toko di sekitar kuil, tidak bisa dijadikan tempat wudhu dan sholat. Lalu di area kuil itu, kami memilih sebuah taman untuk sholat berjamaah, rada jauh dari altar kuil. Bukankah di area Candi Borobudur juga tersedia mushola atau masjid kecil? Kalau nggak percaya, googling aja di Yahoo, hehehe.

Semua muslim tahu, sholat itu wajib dan teramat penting. Saking pentingnya, tak bisa diabaikan di manapun kita berada. Jadi astronot sekalipun.

Kenapa? Sekarang, coba kita amati dan cermati perintah sholat. Hampir semuanya menggunakan frase ‘mendirikan sholat’ bukan ‘mengerjakan sholat’. Ini tidak main-main. Maknanya sangat mendalam. Mendirikan memang tidak mudah. Sebut saja, mendirikan bangunan, mendirikan organisasi, atau mendirikan negara. Nggak ada yang mudah, iya kan? Akan tetapi, kalau sudah berdiri, sulit untuk dihancurkan. Umumnya, yah begitu. Karena tulisan ini sangat penting, boleh Anda share seluas-luasnya.

Makanya, sholat disebut-sebut sebagai tiang agama. Dalam film itu diperlihatkan bagaimana ayahnya Habibie meninggal ketika menjadi imam sholat berjamaah dan Habibie mau tak mau harus menjadi imam pengganti lalu menyelesaikan sholat berjamaah itu, di mana sang ayah terbaring tak bernyawa di sampingnya. Scene pendek ini menjelaskan kepada penonton betapa pentingnya sholat dan harus tuntas (Btw, sampaikan salam hormat saya kepada Bapak BJ Habibie).

Sekali lagi, sholat itu wajib dan teramat penting. Mengundang kebaikan, mencegah keburukan. Di manapun, dalam keadaan apapun, tak boleh ditinggalkan.

Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi seluruh muslim dan menjadi penambah wawasan bagi teman-teman yang beragama lainnya.

Sekian dari saya, Ippho Santosa. Share ya.

*sumber: fb


0 Response to "Habibie Doa di Gereja, Saya Sholat di Kuil"