Rabu besok, David Cameron, Perdana Menteri Inggris Raya, akan secara resmi menyatakan pengunduran diri. Hal mana secara informal langsung ia sampaikan mana kala hasil referendum nasional menyangkut masa depan Inggris sebagai anggota kesatuan Uni Eropa diumumkan, beberapa waktu lalu.
Landas pengunduran diri Mr Cameron sederhana: ia menyarankan rakyat Inggris untuk memilih tetap berada dalam kesatuan Uni Eropa. Kenyataan yang terjadi sebaliknya: dalam referendum yang populer disebut Brexit itu (Britain Exit, from Europe Union), di atas 50% pemegang hak suara memilih Inggris keluar.
Walaupun referendum Brexit itu bukanlah Pemilu untuk menentukan tampuk kepemimpinan nasional, namun dari hasilnya itu Mr Cameron memilih tahu diri. Ia, tanpa mendapat bantahan dari siapa pun, mentautkan hasil referendum dengan dirinya sebagai Perdana Menteri, bahwa: ia harus mundur karena apa yang disarankannya tidak didengar mayoritas rakyat Inggris. Jelas bagi Mr Cameron, it's a "Nay". It is not a "Yey".
Jauh ke seratusan bujur dari Greenwich, ke sebuah Negara di antara Australia dan Malaysia (2 Negara yang lahir dari operasi caesar Imperium Britania Raya), pada saat yang relatif sama, ada seorang pemimpin yang mempromosikan sebuah jalan tol baru, yang kemudian populer sebagai Brexit. Bahwa, ritual mudik tahunan akan lebih lancar dengan beroperasinya jalan tol yang diresmikannya itu.
Kenyataannya? Horor. Macet dalam skala hari. Belasan orang meninggal dunia. Padahal, pemimpin ini dahulu pernah mengatakan, untuk kepemimpinannya, dia akan melakukan pemantauan detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, ...
Dan, waktu yang semestinya menjadi Golden Time untuk mencegah horor itu terjadi diisi dengan kegiatan adu panco.
(Canny Watae)
0 Response to "BREXIT Inggris Cameron Tau Diri Mundur, BREXIT Disini Pemimpin Tak Tau Diri"
Posting Komentar